Sangat melelahkan,
mengemban tugas dari kantor pusat untuk mengusut benang merah permasalahan yang
terjadi di hotel kami. Ini bukan sekedar menyangkut seorang individu, melainkan
mungkin oknum dari beberapa negara. Taruhannya adalah nyawa..!
Jam di tangan telah
menunjukkan jam 02.00 dinihari waktu Malaysia, ketika kami mulai memasuki
pesawat Herculles milik TUDM. Tujuan kami adalah sebuah tempat di salah satu
perbatasan Vietnam dengan Thailand. Di situ ada sebuah tapak peninggalan
sejarah yang pernah kami rencanakan untuk membangun sebuah resort mewah. Gagal,
karena masih dalam sengketa warga. Akhirnya kami membangun resort mewah dan
pusat Casino pertama di Myanmar. Kami menggandeng perusahaan raksasa dari
Philippine. Semuanya berjalan mulus, tanpa sebuah hambatan berarti.
Satu hal yang tidak
kami sadari, ternyata langkah bisnis yang kami ambil telah meninggalkan dendam
di antara beberapa kelompok. Ada kekecewaan amat besar di benak mereka yang
merasa gagal menarik kami untuk melakukan bisnis di Vietnam. Usaha pengacauan
stabilitaspun dilaksanakan. Casino kami yang berada di Myanmar seringkali
mendapatkan teror dari pihak yang kurang bertanggungjawab. Begitupun
sebaliknya, resort kami di Vietnam, Philippine dan Malaysia, juga tidak pernah
lepas dari aksi balasan. Beberapa tamu kami telah menjadi korban, jika tidak
meninggal, ya hilang. Berawal dari modus inilah, akhirnya kami sepakat untuk
melacak rantai peristiwanya.
Sebagai orang yang
bertanggungjawab atas area bisnis kawasan tersebut, kantor pusat kami menunjuk
saya untuk menjadi wakil perusahaan, karena dianggap mumpuni dan menguasai
medan, serta tahu alur cerita dari bisnis-bisnis tersebut. Maka bergabunglah
saya dengan ke dua puluh orang yang tidak saya kenali, pilihan konsultan kami
dari Jerman.
Hari pertama, kami
memulai dari Vietnam, setelah gagal, kami beralih ke Myanmar. Semua hal yang
kami curigai mulai menemukan sedikit hasil. Setiap data yang kami dapatkan akan
diolah bersama data yang diterima dari Philippine dan Malaysia. Sangat menarik,
data yang kami peroleh, membawa kami untuk terus mengalir ke Selatan. Masuk
wilayah Thailand, sampai akhirnya kemudian memasuki wilayah Malaysia bagian
Utara. Sebuah perjalanan wisata yang saya cita-citakan kelak untuk diterapkan
di Indonesia. Bukan kawasan mapan yang saya lintasi, melainkan kawasan kumuh
dan rawan, yang dihiasi oleh pernak-pernik khas yang menyelimutinya, seperti
kemiskinan, kriminalitas, prostitusi, buruh kanak-kanak dan rendahnya tingkat
pendidikan masyarakat..!
Ada dua catatan
penting yang saya bawa pulang ke rumah. Pertama adalah tentang kemiskinan.
Ternyata kemiskinan bukan monopoli Indonesia, yang seringkali dituduhkan oleh
Malaysia terhadap kita. Dibalik kesombongan Malaysia yang selalu merasa menjadi
negara yang makmur, ternyata masih menyimpan angka kemiskinan yang relatif
tinggi. Ketertinggalan masih dirasakan di banyak tempat di Wilayah Utara dan
Timur..! Begitupun di Thailand, hal yang sama masih sangat mudah dijumpai..!
Catatan kedua, adalah
ketika harus memasuki wilayah Pattani di selatan Thailand. Sejak mulai
menginjakkan kaki di sana, saya sudah mulai merasakan bahwa langkah saya sedang
diawasi. Bahkan ketika harus menjawab salam pertama, seseorang sudah meminta
asal-usul saya. Ketika saya jelakan bahwa saya seorang dosen dari sebuah IAIN
di Indonesia yang sedang melakukan kajian ekonomi di beberapa daerah
berpenduduk muslim di Asia Tenggara, akhirnya orang itupun menyambut saya
dengan hangat. Bahkan dia sempat mengajak bertukar pikiran tentang pembangunan
ekonomi bagi masyarakat yang termarjinalkan. Dari mulai membangunkan
produktivitas, membuat rangkaian distribusi, penguasaan teknologi dan
lain-lain. Tidak terasa, waktu pun sudah hampir tengah malam. Dia pamitan
sambil meyakinkan saya bahwa keselamatan dan keamanan saya telah terjamin.
Pernyataan terakhir ini membuat saya heran dan bertanya-tanya. Tidak berapa
lama, pintu kamar saya diketuk dari luar. Sebelum membukanya, saya
menyengajakan diri mematikan lampu di salah satu kamar, dan membiarkan jendela
dalam keadaan terbuka. Setelah itu, barulah saya bergegas membukakan pintu.
Alangkah terkejutnya saya ketika seseorang menyapa saya dengan panggilan 'Pak'.
Melihat tampangnya, sangat jelas bahwa dia orang Indonesia. Ternyata benar,
lelaki kekar ini berasal dari Kediri, Jawa Timur. Bahkan rokok yang dihisapnya
juga masih rokok Indonesia..! Hahaha..!
Baru dua bulan dia
ditugaskan di selatan Thailand, sebelumnya pernah bertugas di Cambodia. Konon
ada permintaan dari sekjen Asean pada TNI untuk menempatkan personelnya di
selatan Thailand. Mendengar kisahnya yang pernah bertugas di Cambodia, saya
bisa menerka dari kesatuan mana dia berasal. Ternyata perkiraan saya dibenarkannya.
Maka kami pun berbincang hingga pagi, menjelang subuh. Namun ketika saya
menanyakan peran Sekjen Asean yang sudah memasuki wilayah militer, dia hanya
menggelengkan kepala. Setahu saya, Asean tidak dan belum mengubah haluannya ke
bidang pengamanan militer, sebagaimana PBB..! Namun inilah realita, dan
indahnya adalah konon semenjak kehadiran segelintir pasukan dari TNI, kondisi
di selatan Thailand telah menjadi lebih stabil dan aman. Kepercayaan antar
warga sudah mulai terjalin dengan baik. Alhamdulillah..!
Selepas subuh, saya
diantar untuk menemui seseorang yang telah dijanjikan. Di sebuah rumah yang
sederhana, saya disambut oleh seorang lelaki setengah baya yang sangat ramah.
Secangkir kopi lengkap dengan kue tradisionalnya telah tersaji di atas meja.
Obrolanpun mengalir dengan lancar, hingga mencapai pada sebuah kesepakatan.
Tepat jam 11.00 siang, saya diantar ke pinggir sungai, dan kembali terkejut
ketika saya mendapatkan orang pertama yang memberi saya salam pertama ketika di
hotel, telah siap dengan boatnya. Kali ini dia memberi saya penghormatan ala
militer..! Hehehe..! Sorry, I am not an army..!
Boat yang kami
tumpangi terus membelah sungai ke arah muara. Di sebuah mulut sungai kecil,
kami berhenti. Sekelompok orang telah menunggu. Tidak lama kemudian, sesosok
bule keluar dari kerumunan..! Oh Thanks God..! He is still alive..! Tamu saya
yang sekian lama hilang dari kamar hotel kami di Sabah, ternyata masih selamat
dan ditemukan jauh dipedalaman Thailand..!
Kami
melanjutkan perjalanan ke muara sungai, hingga sampai di sebuah dermaga kayu
sederhana yang sepi. Kali ini, sahabat saya yang sama-sama diturunkan di
Vietnam kemarin, telah menyambut saya. Mereka menyambut saya dengan penuh
gembira. Boat pun berganti, dan kembali menyusuri malam di tengah gulita. Di
sebuah dermaga, tiba-tiba lampu sorot mengarah ke boat kami, puluhan moncong
senjata telah siap memuntahkan peluru ke arah kami. Ternyata itu adalah camp
gabungan TDM dan PDRM. Kami pun disambutnya dengan sangat hangat, mereka
menyebut bahwa misi kami telah berjalan dengan sangat sukses, tanpa ada sebutir
peluru pun yang dimuntahkan. Malam itu, kami pun bisa menikmati istirahat
dengan tenang, sebelum kami harus kembali ke Kuala Lumpur..!