Saya baru
saja meninggalkan Wisma Duta, tempat tinggal resmi Duta Besar Indonesia di
Kuala Lumpur. Tiba-tiba dari pinggir jalan yang agak sepi, seorang lelaki tua
melambaikan tangan, seolah meminta pertolongan. Melihat kondisinya yang sudah
sepuh, sayapun menghentikan mobil yang dikendarai.
"Take me
to the place where the taxies can I get easily, please..?" pintanya lirih.
Saya sangat memaklumi, kawasan tersebut sangat private, sehingga sangat kecil kemungkinan dia mendapatkan taksi. Akhirnya saya membukakan pintu dan mempersilahkannya naik ke dalam mobil. Ucapan terima kasih berulangkali disampaikannya diantara tarikan nafas yang terdengar mulai berat.
Saya sangat memaklumi, kawasan tersebut sangat private, sehingga sangat kecil kemungkinan dia mendapatkan taksi. Akhirnya saya membukakan pintu dan mempersilahkannya naik ke dalam mobil. Ucapan terima kasih berulangkali disampaikannya diantara tarikan nafas yang terdengar mulai berat.
" Where
are you from, Sir..?" tanya saya iseng, untuk memecah kebuntuan.
"Cambodia..! And you..?" matanya memandangi saya dengan tajam.
"I'm Indonesian..! From Jakarta..!" jawab saya singkat.
"Cambodia..! And you..?" matanya memandangi saya dengan tajam.
"I'm Indonesian..! From Jakarta..!" jawab saya singkat.
Tidak
disangka, tiba-tiba lelaki ini merangkul saya dan bahkan menciumi tangan saya.
Raut wajah kebahagiaan tergambar dari cahaya matanya yang bersinar. Ia
mengungkapkan tentang perasaan bahagianya yang selalu meluap manakala bertemu
dengan orang dari Indonesia, dimanapun berada.
Kisah lama
pun mengalir deras dari mulutnya. Konon dia dan keluarganya hampir menjadi
mangsa kekejaman tentara Vietnam yang datang menginvasi Cambodia di akhir
dekade 70an..! Seandainya bantuan militer dari Indonesia tidak segera datang,
dia tidak bisa membayangkan bagaimana dia dan saudara-saudara yang lainnya bisa
bertahan dari gempuran negeri tetangganya. Pada masa itu, Cambodia memang
dijadikan basis pertahanan, sekaligus juga sebagai basis serangan tentara
Amerika yang sedang berperang dengan Vietnam. Ketika pasukan Amerika terpukul
mundur dan kalah dari peperangan dengan Vietnam, maka negara itu pun
mengubernya hingga ke pedalaman Cambodia. Hampir tidak ada satu negara pun di
dunia yang berani untuk meredam pergerakan tentara Vietnam di Cambodia. Bahkan
Thailand sendiri cenderung untuk mengambil kesempatan itu untuk mengukuhkan wilayah
konflik di perbatasan dengan Cambodia.
Melihat
gelagat yang kurang menguntungkan, akhirnya Indonesia melalui Menlunya saat
itu, Mukhtar Kusumaatmadja, mengeluarkan suatu inisiatif, untuk menurunkan
pasukan perdamaian di kawasan konflik. Tidak mudah, karena nyatanya tantangan
dan tentangan datang dari berbagai pihak, termasuk dari Thailand dan Singapore.
Mereka menolak campur tangan negara asing di wilayah Indochina. Tantangan ini
dijawab dengan aksi cerdas Indonesia, yang berhasil memaksa PBB untuk mengeluarkan
sebuah resolusi yang mengesahkan kehadiran pasukan asing di bawah komando
Indonesia. Selain itu, pemerintah melalui Deplu juga terus aktif membuka dialog
antar pihak yang terkait. Saat itu, kitapun sangat familiar dengan dengan kosa
kata Jakarta Informal Meeting/JIM dan Perundingan Paris atau Paris Concorde.
Indonesia
menurunkan lebih dari 2000 personel pasukan tentara dan polisinya ke Cambodia,
atau setara dengan 10% dari jumlah pasukan tentara Cambodia di saat itu.
Inisiatif Indonesia akhirnya membuahkan hasil, Vietnam menarik kembali
pasukannya, dan Cambodia berangsur pulih kembali.
Trauma akan
masa lalu Cambodia itulah, yang konon telah menyebabkan pasukan Indonesia masih
bertahan di Cambodia hingga saat ini. Bahkan populasinya telah ditingkatkan,
namun tidak dijelaskan dari sisi jumlah atau persentasenya.
Sambil
menikmati makan siang di hotel saya, dia mengungkapkan kebanggaannya karena
pernah terpilih sebagai salah satu personel pasukan khusus Cambodia yang paling
disegani, yakni 911 Special Army Force Regiment, yang dipilih dan dilatih
langsung oleh Kopassus Indonesia, bahkan pernah merasakan gilanya sistem
pendidikan Kopassus di Batujajar. Di akhir karirnya, dia pernah menjabat
sebagai atase militer Cambodia untuk Indonesia di kedutaan Cambodia untuk
Indonesia yang waktu itu baru dibuka. Setelah itu, iapun dipindahtugaskan ke
Malaysia, menjabat sebagai Duta Besar Cambodia untuk Malaysia, yang kini konon
sedang dijabat oleh mantunya.
"If you
never come, we will never stand as a nation..!" ujarnya menutup
pembicaraan, sambil mengucapkan syukur atas jasa-jasa yang telah dibuat dan
diberikan oleh Indonesia untuk Cambodia..!
Postingan om yayan selalu membuat semangat akan NKRI ini muncul kembali
ReplyDeletesaya selalu setia menunggu postingan bung yayan, setelah membaca ,energi positif mulai masuk lagi ke otak saya, menyebabkan musnah rasa minder saya sebagai bangsa indonesia, berganti CINTA
ReplyDeletekrreen..trynt msa llu indonesia sdha menjadi jru damai..semga dapt trus brlanjut..mjulah bangsaku jaylah NKRI.
ReplyDeleteMantab, indonesia besar...!!! Selalu update bung yayan..
ReplyDeleteSalam kenal Bung Yayan....dan terima kasih atas suntikan nutrisi nasionalisme melalui artikel-artikelnya yang selalu saya nantikan...semoga Bung Yayan dan sekeluarga selalu diberi keselamatan dan dalam lindunganNya supaya terus dapat berkarya dengan artikel-artikelnya..Jayalah NKRI
ReplyDeletebagus
ReplyDelete