Monday, November 10, 2014

MENYUSUP KE BAWAH GARIS KEMISKINAN

Sangat melelahkan, mengemban tugas dari kantor pusat untuk mengusut benang merah permasalahan yang terjadi di hotel kami. Ini bukan sekedar menyangkut seorang individu, melainkan mungkin oknum dari beberapa negara. Taruhannya adalah nyawa..!
Jam di tangan telah menunjukkan jam 02.00 dinihari waktu Malaysia, ketika kami mulai memasuki pesawat Herculles milik TUDM. Tujuan kami adalah sebuah tempat di salah satu perbatasan Vietnam dengan Thailand. Di situ ada sebuah tapak peninggalan sejarah yang pernah kami rencanakan untuk membangun sebuah resort mewah. Gagal, karena masih dalam sengketa warga. Akhirnya kami membangun resort mewah dan pusat Casino pertama di Myanmar. Kami menggandeng perusahaan raksasa dari Philippine. Semuanya berjalan mulus, tanpa sebuah hambatan berarti.
Satu hal yang tidak kami sadari, ternyata langkah bisnis yang kami ambil telah meninggalkan dendam di antara beberapa kelompok. Ada kekecewaan amat besar di benak mereka yang merasa gagal menarik kami untuk melakukan bisnis di Vietnam. Usaha pengacauan stabilitaspun dilaksanakan. Casino kami yang berada di Myanmar seringkali mendapatkan teror dari pihak yang kurang bertanggungjawab. Begitupun sebaliknya, resort kami di Vietnam, Philippine dan Malaysia, juga tidak pernah lepas dari aksi balasan. Beberapa tamu kami telah menjadi korban, jika tidak meninggal, ya hilang. Berawal dari modus inilah, akhirnya kami sepakat untuk melacak rantai peristiwanya.
Sebagai orang yang bertanggungjawab atas area bisnis kawasan tersebut, kantor pusat kami menunjuk saya untuk menjadi wakil perusahaan, karena dianggap mumpuni dan menguasai medan, serta tahu alur cerita dari bisnis-bisnis tersebut. Maka bergabunglah saya dengan ke dua puluh orang yang tidak saya kenali, pilihan konsultan kami dari Jerman.
Hari pertama, kami memulai dari Vietnam, setelah gagal, kami beralih ke Myanmar. Semua hal yang kami curigai mulai menemukan sedikit hasil. Setiap data yang kami dapatkan akan diolah bersama data yang diterima dari Philippine dan Malaysia. Sangat menarik, data yang kami peroleh, membawa kami untuk terus mengalir ke Selatan. Masuk wilayah Thailand, sampai akhirnya kemudian memasuki wilayah Malaysia bagian Utara. Sebuah perjalanan wisata yang saya cita-citakan kelak untuk diterapkan di Indonesia. Bukan kawasan mapan yang saya lintasi, melainkan kawasan kumuh dan rawan, yang dihiasi oleh pernak-pernik khas yang menyelimutinya, seperti kemiskinan, kriminalitas, prostitusi, buruh kanak-kanak dan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat..!
Ada dua catatan penting yang saya bawa pulang ke rumah. Pertama adalah tentang kemiskinan. Ternyata kemiskinan bukan monopoli Indonesia, yang seringkali dituduhkan oleh Malaysia terhadap kita. Dibalik kesombongan Malaysia yang selalu merasa menjadi negara yang makmur, ternyata masih menyimpan angka kemiskinan yang relatif tinggi. Ketertinggalan masih dirasakan di banyak tempat di Wilayah Utara dan Timur..! Begitupun di Thailand, hal yang sama masih sangat mudah dijumpai..!
Catatan kedua, adalah ketika harus memasuki wilayah Pattani di selatan Thailand. Sejak mulai menginjakkan kaki di sana, saya sudah mulai merasakan bahwa langkah saya sedang diawasi. Bahkan ketika harus menjawab salam pertama, seseorang sudah meminta asal-usul saya. Ketika saya jelakan bahwa saya seorang dosen dari sebuah IAIN di Indonesia yang sedang melakukan kajian ekonomi di beberapa daerah berpenduduk muslim di Asia Tenggara, akhirnya orang itupun menyambut saya dengan hangat. Bahkan dia sempat mengajak bertukar pikiran tentang pembangunan ekonomi bagi masyarakat yang termarjinalkan. Dari mulai membangunkan produktivitas, membuat rangkaian distribusi, penguasaan teknologi dan lain-lain. Tidak terasa, waktu pun sudah hampir tengah malam. Dia pamitan sambil meyakinkan saya bahwa keselamatan dan keamanan saya telah terjamin. Pernyataan terakhir ini membuat saya heran dan bertanya-tanya. Tidak berapa lama, pintu kamar saya diketuk dari luar. Sebelum membukanya, saya menyengajakan diri mematikan lampu di salah satu kamar, dan membiarkan jendela dalam keadaan terbuka. Setelah itu, barulah saya bergegas membukakan pintu. Alangkah terkejutnya saya ketika seseorang menyapa saya dengan panggilan 'Pak'. Melihat tampangnya, sangat jelas bahwa dia orang Indonesia. Ternyata benar, lelaki kekar ini berasal dari Kediri, Jawa Timur. Bahkan rokok yang dihisapnya juga masih rokok Indonesia..! Hahaha..!
Baru dua bulan dia ditugaskan di selatan Thailand, sebelumnya pernah bertugas di Cambodia. Konon ada permintaan dari sekjen Asean pada TNI untuk menempatkan personelnya di selatan Thailand. Mendengar kisahnya yang pernah bertugas di Cambodia, saya bisa menerka dari kesatuan mana dia berasal. Ternyata perkiraan saya dibenarkannya. Maka kami pun berbincang hingga pagi, menjelang subuh. Namun ketika saya menanyakan peran Sekjen Asean yang sudah memasuki wilayah militer, dia hanya menggelengkan kepala. Setahu saya, Asean tidak dan belum mengubah haluannya ke bidang pengamanan militer, sebagaimana PBB..! Namun inilah realita, dan indahnya adalah konon semenjak kehadiran segelintir pasukan dari TNI, kondisi di selatan Thailand telah menjadi lebih stabil dan aman. Kepercayaan antar warga sudah mulai terjalin dengan baik. Alhamdulillah..!
Selepas subuh, saya diantar untuk menemui seseorang yang telah dijanjikan. Di sebuah rumah yang sederhana, saya disambut oleh seorang lelaki setengah baya yang sangat ramah. Secangkir kopi lengkap dengan kue tradisionalnya telah tersaji di atas meja. Obrolanpun mengalir dengan lancar, hingga mencapai pada sebuah kesepakatan. Tepat jam 11.00 siang, saya diantar ke pinggir sungai, dan kembali terkejut ketika saya mendapatkan orang pertama yang memberi saya salam pertama ketika di hotel, telah siap dengan boatnya. Kali ini dia memberi saya penghormatan ala militer..! Hehehe..! Sorry, I am not an army..!
Boat yang kami tumpangi terus membelah sungai ke arah muara. Di sebuah mulut sungai kecil, kami berhenti. Sekelompok orang telah menunggu. Tidak lama kemudian, sesosok bule keluar dari kerumunan..! Oh Thanks God..! He is still alive..! Tamu saya yang sekian lama hilang dari kamar hotel kami di Sabah, ternyata masih selamat dan ditemukan jauh dipedalaman Thailand..!
Kami melanjutkan perjalanan ke muara sungai, hingga sampai di sebuah dermaga kayu sederhana yang sepi. Kali ini, sahabat saya yang sama-sama diturunkan di Vietnam kemarin, telah menyambut saya. Mereka menyambut saya dengan penuh gembira. Boat pun berganti, dan kembali menyusuri malam di tengah gulita. Di sebuah dermaga, tiba-tiba lampu sorot mengarah ke boat kami, puluhan moncong senjata telah siap memuntahkan peluru ke arah kami. Ternyata itu adalah camp gabungan TDM dan PDRM. Kami pun disambutnya dengan sangat hangat, mereka menyebut bahwa misi kami telah berjalan dengan sangat sukses, tanpa ada sebutir peluru pun yang dimuntahkan. Malam itu, kami pun bisa menikmati istirahat dengan tenang, sebelum kami harus kembali ke Kuala Lumpur..!








2 comments:

  1. "Tidak berapa lama, pintu kamar saya diketuk dari luar. Sebelum membukanya, saya menyengajakan diri mematikan lampu di salah satu kamar, dan membiarkan jendela dalam keadaan terbuka"

    betulkah anda seorang tukang masak ??

    ReplyDelete
  2. kemampuan tni di luar batas wilayah nkri semakin mengerikan,ternyata operasi kita dari jaman pak soekarno tetap lintas negara,,mantap. cheef ( ingat film steven seagel )

    ReplyDelete