Siang ini langit Kuala Lumpur sangat cerah, bahkan
mataharinya cenderung amat menyengat. Saya bergegas memacu sepeda, membelah
jalanan yang agak sepi. Tujuan saya adalah kawasan Chow Kit, tempat dimana
banyak penganan asli Indonesia di jajakan.
Karena hari ini adalah hari Minggu, kawasan
itu pun menjadi sangat sesak dan padat oleh para pekerja yang sedang menikmati
liburan. Tak terhitung berapa banyak kaum pekerja Indonesia yang melintas di
hadapan saya. Sangat khas, dengan logat bicara masing-masing yang masih sangat
kental, pekat dan medok..! Ada Aceh, Batak, Minang, Jawa, Sunda, Boyan/Madura,
Bugis, Lombok, dan lain-lain. Tidak heran jika banyak orang menyebut kawasan
ini sebagai miniatur Indonesia..! Hehehe..!
Bosan mengamati dan menikmati keadaan
sekitar, saya masuk ke dalam kawasan pasar. Saya pun menyempatkan singgah di
salah satu penjual kelapa muda. Banyak sekali warga KL yang sedang menikmati
segarnya air kelapa muda, hingga saya sendiri tidak kebagian tempat duduk,
sehingga hanya duduk di atas sadel sepeda.
Tanpa saya sadari, beberapa pasang mata
rupanya sedang menatap ke arah saya. Bahkan salah seorang diantaranya ada yang
langsung mendekat. Seorang bapak tua berkumis dengan rambut yang sudah memutih.
"Assalaamualaikum..! Bapak dari Pekanbaru
ya..?" tanyanya penuh selidik. Sayapun menjelaskan tentang diri saya yang
sebenarnya, sampai pada suatu keterangan terakhir, dia langsung merangkul saya
dengan tatapan mata yang berkaca-kaca..! Sesaat saya terdiam, berusaha untuk
mengenali sosok lelaki tua ini..!
Ya Allah..! Ternyata dia adalah orang tua
seorang sahabat ketika saya masih bersekolah di Pekanbaru dulu. Badannya masih cukup bugar
untuk orang seusianya, hanya rambut dan kumis aja yang sudah terlihat memutih,
serta keriput di wajah yang semakin kelihatan..! Saya termangu, mengenangkan
kebersamaan kami beberapa tahun lalu.
Dimasa aktifnya, beliau adalah seorang kepala
desa di salah satu kampung di kabupaten Bengkalis. Pertemuan pertama kami di
Pekanbaru adalah berkat pertemanan saya dengan anaknya. Jika sedang ke
Pekanbaru, sayalah yang selalu menjadi sekretaris beliau. Mengetik surat-surat
urusan desanya, menyusun naskah pidato untuk acara tujuh belas agustus, membuat
proposal untuk bupati, bahkan sering menjadi konsultan untuk setiap pembangunan
desa yang dipimpinnya. Membuat peta desa, mengidentifikasi potensi ekonomi
desa, membuka akses ekonomi desa dan menyusun anggaran pendapatan desa, adalah
sebagian program yang saya sodorkan kepadanya, yang kemudian telah membawa
beliau menjadi salah satu kepala desa teladan tingkat nasional. Ketika kami
mendapat undangan presiden Soeharto ke istana negara, saya bisa merasakan
kebanggaan yang dialaminya..! Setelah itu kami harus berpisah, karena saya
harus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Bertahun-tahun kami tidak pernah bertemu atau
pun berkomunikasi. Hingga akhirnya kini saya mengetahui bahwa bertahun-tahun
pula beliau telah mensupply kebutuhan buah kelapa Malaysia. Yang sangat
mengharukan adalah ketika beliau mengatakan, kegiatan ekspornya memakai nama
perusahaan yang kami dirikan dulu, dan disitu masih tercantum nama saya..!
Sebagai tanggung jawab beliau atas hak saya, konon setiap keuntungan yang
diraihnya telah disisihkan untuk membangun dan memelihara jalan desa, sekolah,
klinik dan asrama guru..! Alhamdulillah..! Hahaha..! Saya bangga dan bahagia
mendengar kisah dan kiprahmu, Pak..!
Maju terus, pantang mundur..! Batas pengabdian adalah kematian..!
No comments:
Post a Comment