Saturday, February 14, 2015

SAUDAGAR KELAPA

 Siang ini langit Kuala Lumpur sangat cerah, bahkan mataharinya cenderung amat menyengat. Saya bergegas memacu sepeda, membelah jalanan yang agak sepi. Tujuan saya adalah kawasan Chow Kit, tempat dimana banyak penganan asli Indonesia di jajakan.
Karena hari ini adalah hari Minggu, kawasan itu pun menjadi sangat sesak dan padat oleh para pekerja yang sedang menikmati liburan. Tak terhitung berapa banyak kaum pekerja Indonesia yang melintas di hadapan saya. Sangat khas, dengan logat bicara masing-masing yang masih sangat kental, pekat dan medok..! Ada Aceh, Batak, Minang, Jawa, Sunda, Boyan/Madura, Bugis, Lombok, dan lain-lain. Tidak heran jika banyak orang menyebut kawasan ini sebagai miniatur Indonesia..! Hehehe..!
Bosan mengamati dan menikmati keadaan sekitar, saya masuk ke dalam kawasan pasar. Saya pun menyempatkan singgah di salah satu penjual kelapa muda. Banyak sekali warga KL yang sedang menikmati segarnya air kelapa muda, hingga saya sendiri tidak kebagian tempat duduk, sehingga hanya duduk di atas sadel sepeda.
Tanpa saya sadari, beberapa pasang mata rupanya sedang menatap ke arah saya. Bahkan salah seorang diantaranya ada yang langsung mendekat. Seorang bapak tua berkumis dengan rambut yang sudah memutih.
"Assalaamualaikum..! Bapak dari Pekanbaru ya..?" tanyanya penuh selidik. Sayapun menjelaskan tentang diri saya yang sebenarnya, sampai pada suatu keterangan terakhir, dia langsung merangkul saya dengan tatapan mata yang berkaca-kaca..! Sesaat saya terdiam, berusaha untuk mengenali sosok lelaki tua ini..!
Ya Allah..! Ternyata dia adalah orang tua seorang sahabat ketika saya masih bersekolah di Pekanbaru  dulu. Badannya masih cukup bugar untuk orang seusianya, hanya rambut dan kumis aja yang sudah terlihat memutih, serta keriput di wajah yang semakin kelihatan..! Saya termangu, mengenangkan kebersamaan kami beberapa tahun lalu.
Dimasa aktifnya, beliau adalah seorang kepala desa di salah satu kampung di kabupaten Bengkalis. Pertemuan pertama kami di Pekanbaru adalah berkat pertemanan saya dengan anaknya. Jika sedang ke Pekanbaru, sayalah yang selalu menjadi sekretaris beliau. Mengetik surat-surat urusan desanya, menyusun naskah pidato untuk acara tujuh belas agustus, membuat proposal untuk bupati, bahkan sering menjadi konsultan untuk setiap pembangunan desa yang dipimpinnya. Membuat peta desa, mengidentifikasi potensi ekonomi desa, membuka akses ekonomi desa dan menyusun anggaran pendapatan desa, adalah sebagian program yang saya sodorkan kepadanya, yang kemudian telah membawa beliau menjadi salah satu kepala desa teladan tingkat nasional. Ketika kami mendapat undangan presiden Soeharto ke istana negara, saya bisa merasakan kebanggaan yang dialaminya..! Setelah itu kami harus berpisah, karena saya harus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Bertahun-tahun kami tidak pernah bertemu atau pun berkomunikasi. Hingga akhirnya kini saya mengetahui bahwa bertahun-tahun pula beliau telah mensupply kebutuhan buah kelapa Malaysia. Yang sangat mengharukan adalah ketika beliau mengatakan, kegiatan ekspornya memakai nama perusahaan yang kami dirikan dulu, dan disitu masih tercantum nama saya..! Sebagai tanggung jawab beliau atas hak saya, konon setiap keuntungan yang diraihnya telah disisihkan untuk membangun dan memelihara jalan desa, sekolah, klinik dan asrama guru..! Alhamdulillah..! Hahaha..! Saya bangga dan bahagia mendengar kisah dan kiprahmu, Pak..!
Maju terus, pantang mundur..! Batas pengabdian adalah kematian..!



No comments:

Post a Comment